Selamat datang kepala dua. Rasanya saya ingin terus menjadi muda, saya belum melakukan apa-apa 20 tahun ini. Rasanya pun sudah tak pantas diberi hadiah dikepala dua... tapi segalanya menjadi berarti karena orang-orang tersayang. Kemarin itu indah, rasanya teduh. Tidak perlu keluarga datang ke kota hujan lagi, ingat, ini kepala dua. Meski orang tua saya menanyakan kenapa saya tidak pulang, itu karena saya masih ada tanggung jawab disini. Ada satu yang paling saya rindu, teman saya, teman lama saya. Saya merasa dia hilang, saya sangat merindukannya. Meski ia tidak rindu. Iya saya paham, ia tak merindukan saya.
Saya hanya ingin mendengar ia kembali bercerita, bukan memberi apa-apa. Sungguh. Saya hanya ingin kami kembali bercerita, bahkan kembali berdoa. Mungkin setahun lalu itu waktu yang singkat bagi kami. Tapi saya sangat bersyukur bisa mengenalnya. Tapi saya rindu, rindu yang tak tergantikan dengan foto, yang tak tergantikan dengan ucapan, yang tak tergantikn lewat pesan. Tapi apa daya, semesta seperti tak mengizinkan kami bertemu, bahkan bercerita seperti dulu. Saya mungkin dulu salah, penyebab semesta tak mengizinkan saya mendengar ceritanya kembali. Sungguh saya rindu teman saya yang ini, banyak pelajaran yang ia ajarkan kepada saya, tanpa ia ketahui. Saya pun belajar tentang makna kerinduan semacam ini darinya. Saya mengerti apa yang harus saya lakukan, itu pun darinya.
*Baik-baik disana ya semoga selalu dalam lindungan Allah.. aamiin.
No comments:
Post a Comment