Aku terus bertanya dalam hati. Bahkan sampai pada mimpi. Kadang diam memang emas. Ketika mereka semua berlari, lantas mengapa aku termenung? Aku terus bertanya apa yang mereka cari. Kamar berukuran kecil ini mungkin bisa menjawab. Time organizer board bisa saja berkata "deadline". Sempurna : dead dan line. Tapi siapa yang tahu pasti? hanya Tuhan kan. Bisa saja besok kita benar-benar mati.
Mereka terus berlari bahkan tidak pada jalannya. Mereka yang mengantri juga menyela. Apa yang mereka cari? Sikut kanan, sikut kiri, APA YANG MEREKA CARI?
Tuesday, May 29, 2012
Monday, May 28, 2012
Toleransi
Kadang orang-orang tidak mengerti arti sebuah sikap. Maksud baik bisa jadi buruk. Buruk sekali. Mengapa masing-masing manusia memiliki ego? Saya masih banyak belajar tentang ini. Ya, selain belajar iktiologi. Sungguh inilah kehidupan yang sesungguhnya. Saya rasanya masih ingin teriak 'Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa'. Ah tapi ingat umur dan kewajiban. Sudah tidak pantas. Rasanya ingin pulang. Ah tapi ingat ini ibadah. Saya rasanya ingin tidur entah apa itu ikan barakuda. Ah tapi lagi-lagi ingat. Lagi-lagi ingat keluarga saya. Ingat orang-orang yang saya sayangi dan akan saya sayangi. Ingat masa depan saya : untuk saya dan orang lain.
Sunday, May 27, 2012
Ingatan Tentang Kalian - Dee
Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada
Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa
Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan
Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir
Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada
Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa
Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan
Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir
Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana
Thursday, May 24, 2012
Sudah hampir satu tahun.
Sudah hampir satu tahun aku di Bogor. Sudah hampir satu tahun aku tinggal di asrama. Sudah hampir satu tahun aku seatap dengan mereka yang mantap. Sudah hampir satu tahun aku mengenal lorong 1. Lorong yang setiap paginya ramai dengan antrian kamar mandi dan mencari setrikaan. Lorong yang hampir setiap malam Jum'atnya kami ngajikan. Di lorong itu banyak kenangan : kami makan bersama, kami berbagi cerita bersama, kami menangis bersama. Satu tahun lalu, saat pertama kalinya aku masuk ke dalam lorong, mencari kamar nomor 006 bersama keluarga ku. Satu tahun lalu, aku datang dengan semangat membara. Satu tahun lalu, aku menangis saat orang tua ku meninggalkan ku. Satu tahun lalu, aku memeluk erat mama ku, aku melambaikan tangan pada keluarga ku. Ya, sudah hampir satu tahun aku hidup mandiri. Pastinya, tanpa dia. Sudah hampir satu tahun lalu aku sendiri. Seminggu pertama tinggal diasrama tidaklah mudah. Sekamar bersama orang-orang yang tidak aku kenal. Bahkan ia yang ku kenal justru meninggalkan ku. Satu tahun lalu, entah harus berbagi dengan siapa. Ia benar-benar meninggalkan ku. Aku takut. Aku takut sekali. Aku masih ingat bagaimana air mata itu mengalir. Satu tahun lalu, selama satu minggu lebih, aku membanjiri atap kamar dengan tangis ku. Satu tahun lalu, teman kamar ku bertanya tentang keadaan ku. Satu tahun lalu, aku tidak kuat menahan itu semua. Satu tahun lalu, teman-teman ku memberikan aku semangat baru. Ya, sudah hampir satu tahun lalu. Aku sangat menikamti satu tahun ku. Aku bertemu banyak teman, mengenal banyak orang. Sudah hampir satu tahun bus merah itu mengantar ku Bogor - Jakarta - Bogor. Bukan ia, jelas. Ia sibuk bersamanya. Ya, tak perlu dipertanyakan. Kenyataan adalah saksinya. Sudah hampir satu tahun aku disini. Aku belajar lebih dari mata kuliah yang di ajarkan : kehidupan. Aku banyak belajar, dan masih belajar hingga saat ini. Nilai ku tidak bagus-bagus, tapi ada yang lebih penting disini. Sudah hampir satu tahun aku di kota hujan ini. Kota kelabu. Biru. Menggebu. Aku sangat mensykuri waktu satu tahun ini. Rencana Tuhan memang selalu lebih indah.
Wednesday, May 23, 2012
Peduli?
Saat kau mencari siapa tuan dari sesuatu hal, siapa yang peduli?
Mereka berlagak tenggelam dalam aktivitasnya, kau juga memang peduli?
Kau terus mencari, sedang yang lain juga bertapa dalam ranah kesibukan
Ketika semua ingin dimengerti, masihkah kau bertanya 'siapa yang peduli?'
Ketika sebagian tertawa dalam duka kubunya, masihkah kau bertanya 'ada yang peduli?'
Sekecil jenuh pun kau pikul kemana-mana
hanya untuk tahu bahwa ada yang peduli?
Enak saja!
Tengguk anggur biar kau senang
Jangan memerang apalagi sampai membawa parang
Itu saja!
Mereka berlagak tenggelam dalam aktivitasnya, kau juga memang peduli?
Kau terus mencari, sedang yang lain juga bertapa dalam ranah kesibukan
Ketika semua ingin dimengerti, masihkah kau bertanya 'siapa yang peduli?'
Ketika sebagian tertawa dalam duka kubunya, masihkah kau bertanya 'ada yang peduli?'
Sekecil jenuh pun kau pikul kemana-mana
hanya untuk tahu bahwa ada yang peduli?
Enak saja!
Tengguk anggur biar kau senang
Jangan memerang apalagi sampai membawa parang
Itu saja!
Rangga?
Seorang laki-laki yang jarang berbicara, lalu ketika berbicara, ia memanggil dirinya 'saya'. Jadi ingat, tokoh Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta. Saya menemukan sosok seperti itu disini, Bogor. Saya tidak ingin menjadi Cinta. Tapi saya senang bisa bertemu sosok seperti Rangga. Rangga disini sudah punya Cinta. Semoga sosoknya pun seperti tokoh Cinta. Saya senang bisa melihat Rangga. Rangga banyak membantu saya kemarin. Tapi saya yakin, Cintanya tidak mengapa. Sekali lagi, saya tidak ingin menjadi Cinta. Saya hanya mengobrol sedikit dengannya. Kenapa? karena saya bukan Cinta? Rasanya, kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya bisa dibayar dengan Cinta. Apa iya? Ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepala saat berbicara dengan saya. Karena saya bukan Cinta? Tapi saya tidak ingin menjadi Cinta. Saya selalu memperhatikan diamnya. Ada Cinta di dalam sana. Saya hanya ingin mengobrol dengannya. Tapi saya bukan Cinta. Saya juga tidak ingin menjadi Cinta. Sayang sekali...... Saya tidak berharap menjadi Cinta. Sebab sosok mirip Rangga tidak hanya ingin Cinta. Rangga disini lebih dari Rangganya Cinta. Cintanya pun harus lebih dari Cintanya Rangga.
Saturday, May 19, 2012
Lolipop
Hari ini saya kembali belajar menyulam bersama Eyang Sur tersabar se-Kedaung Hijau :)
Setelah selesai sulaman bayang untuk nenek #Semoga nenek senang
Tadi, tanpa disengaja, saya membuat lolipop! Jadi ingat filosofi permen yang pernah saya buat.
Sedikit mengulas mata kuliah sabtu tadi : butuh kesabaran seperti praktikum Iktiologi :)
Saya membuat enam buah lolipop, untuk anak-anak ajar Eyang Sur, termasuk adik dan sepupu saya.
Waktu lolipop pertama jadi, mereka semua minta dibuatkan dan memesan warna-warnanya.
Bahagia sekali ketika mereka terus menanyakan kapan lolipopnya jadi? :)
Dan.....Sudah jadi!!
#Semoga mereka senang
Thursday, May 17, 2012
H :
Halo Jum'at.... Lama sekali tidak menulis disini, mungkin ketika aku sudah tidak di asrama, aku akan banyak bercerita. Mengapa asrama jadi penghalang? Ada banyak cara sebenarnya, namun aku yang memiliih diam. Banyak yang ingin aku ceritakan.. Biar ku ceritakan seseorang. Ia bukan siapa-siapa, tapi sangat menginspirasi. Mari kita mulaiii..........
Laki-laki. Bukan masalah itu! Jangan lihat gender disini, teman.
Sebut saja H. Handoyo? Harun? Hamasyah?
Jangan kau tebak...... ini bukan tebak-tebakan
Aku kenal dia di kelas. Kesan pertama : sombong, sok kritis.
Tiba saatnya kita semua senam aerobik. H membuat gerakan untuk pemanasan : lucu, kreatif. Oh ya, lagu untuk pemanasan pun dia yang mencari. Dangdut remix. Sekali lagi, aku tersenyum karena kehebatannya.
Tapi sayang sekali, H hanya membuat gerakan untuk pemanasan. Padahal, masih ada gerakan inti dan pendinginana.
Tiga hari sebelum senam, aku iseng membuat gerakan inti, lalu dicontohkan di depan anak-anak. Alhasil, jadilah instruktur. Ini benar-benar mendadak. Mau tak mau. Demi kelas.
Dua hari sebelum senam, tepatnya hari Kamis, aku, H, komti, dan teman lainnya, pergi ke kontrakkannya untuk mengedit lagu dan membuat video senam agar bisa dibagikan ke kelas. Disana, hanya ada dua perempuan. Aku dan teman ku. Tapi tenang saja..mereka semua baik, tidak akan macam-macam.
Rencana awal aku dan teman perempuan ku adalah menginap di kosannya. Tapi karena terlalu malam, akhirnya kami terpaksa menginap di kontrakkan H. Buruknya, kami berdua sedang halangan. Kami berbisik-bisik harus mencari pembalut dimana? pembalut apa yang biasa di pakai?
H : "ada apa?"
Kami : *nyengir* "Pembalut..."
H : *pergi ke kamar,lalu keluar dengan segera* "ayo"
H sudah mengganti celana mainnya dengan celana jeans. Aku menyilahkan teman perempuan ku untuk pergi dengannya. Lagi, aku kagum. Malam itu malam jumat dan sudah jam 12 malam. Baik sekali.
Setelah itu, aku sempat tidur. Sekitar jam 3 pagi, kami membuat video senam. Teman-teman ku yang lain akan kuliah jam 7 pagi. Sedangkan aku dan H kuliah jam 1 siang. Kami meng'iya'kan mereka untuk tidur. H hanya sendiri merekam ku. Satu jam kemudian, aku ingin menyusul teman perempuan ku tidur di kamar H. Dan.....kamarnya dikunci! H menyuruh ku tidur di ruang tv. Kemudian ia tidur di ruang tamu.
Hari Jumat malam, kami belum hafal gerakan senam. Bahkan, aku belum mencontohkan gerakan pendinginan. Padahal, jam 7 malam adalah hari terakhir untuk latihan senam.Akhirnya, kami semua sepakat untuk meniginap di salah satu rumah teman kami di Bogor. Ketika sampai disana, entah ada apa, H hanya diam. diam. diam. diam. diam. diam. Ia diam sampai pagi. Ia diam sampai kami semua di gladiator. Ia diam melihat kami. aku diam meliaht ia yang diam. Ada apa? Sambil menunggu urutan penampilan, kami semua melihat penampilan kelas lain. Tak lama, ia mengajak kami semua berkumpul. Dengan diamnya, ia membuka laptop yang ia bawa. Ia menulis sesuatu yang dibagikan kepada kami. Kali ini, kami yang diam. Apalagi aku. Aku benar-benar diam.
Selang beberapa minggu setelah senam. Aku pergi ke perpustakaan FPIK untuk mencari buku. Hebatnya, ada dia. Ada dia yang diam dengan laptopnya. Ada dia yang diam dengan bukunya. Ada dia yang diam dengan lambaian tangannya.
Saat mata kuliah sosum, ia menjelaskan suatu topik yang membuat kami sangat mengerti : kreatif. Lagi, aku tersenyum dengan apa yang ia jelaskan. Suatu organisasi yaitu genk motor yang harus pandai mengaji, itulah analogi yang ia ciptakan. "Kapan open recruitmennya?"tanya ku. Ia hanya menjawab dengan diam. Namun ada senyum pada diamnya.
Banyak yang menginspirasi darinya. Terakhir, yang paling aku ingat. Ketika fakultas kami fieldtrip di daerah Subang. H sebagai panitia sangat bertanggung jawab. Kalian tahu apa yang ia lakukan? Disaat yang lain berfoto-foto. Panitia lainnya pun berbaur. H justru mengepel lantai luar mushola yang kami gunakan untuk beristirahat........ Diam.
Itulah H, salah satu sosok yang menginspirasi. Calon pemimpin yang baik. Sampai jumpa di lain cerita ;)
Friday, May 4, 2012
Chiki
haii lama saya tidak menulis disini? Apa kabar?
ah pasti kalian baik-baik saja...
ah pasti dia pun baik-baik saja...
dia? siapa dia?!
chiki.
Filosofi chiki.
Seorang sahabat saya bilang, dia itu cuma chiki....
"chiki dimana-mana cuma angin
dan hanya membuat mu bodoh"
Lalu untuk apa saya menanyakan kabar chiki?
Bukannya chiki itu sedang di lahap habis oleh orang lain?
Biar lah orang itu menikmatinya, dan ia akan merasakan akibatnya.
MSGnya yang melimpah tidak ada benefitnya sama sekali
Chiki. chiki. chiki.
Dari dulu juga orangtua saya sudah melarang saya makan chiki.
Siapa yang salah? chikinya? penjual chiki? bukan!
Saya yang salah...
Kenapa saya mau makan angin? sampai-sampai masuk angin...
Dimana-mana, yang doyan chiki itu anak kecil..
Saya sudah berhenti makan chiki.
Saya sudah besar.
Saya tidak mau makan angin lagi. Kosong. Melompong.
ah pasti kalian baik-baik saja...
ah pasti dia pun baik-baik saja...
dia? siapa dia?!
chiki.
Filosofi chiki.
Seorang sahabat saya bilang, dia itu cuma chiki....
"chiki dimana-mana cuma angin
dan hanya membuat mu bodoh"
Lalu untuk apa saya menanyakan kabar chiki?
Bukannya chiki itu sedang di lahap habis oleh orang lain?
Biar lah orang itu menikmatinya, dan ia akan merasakan akibatnya.
MSGnya yang melimpah tidak ada benefitnya sama sekali
Chiki. chiki. chiki.
Dari dulu juga orangtua saya sudah melarang saya makan chiki.
Siapa yang salah? chikinya? penjual chiki? bukan!
Saya yang salah...
Kenapa saya mau makan angin? sampai-sampai masuk angin...
Dimana-mana, yang doyan chiki itu anak kecil..
Saya sudah berhenti makan chiki.
Saya sudah besar.
Saya tidak mau makan angin lagi. Kosong. Melompong.
Senja
Ia selalu membawa ku pada jingga senja
Ada pelangi katanya
Membara lebih dari jingga
"Tidak pernah ada pelangi dalam senja"
Sawah di bawah sana tidak hanya mendapat jingga
Ada nada lain katanya
Membawa padi tak hanya satu warna
"Aku lihat jingga saja"
Turunkan dagu mu,
Rumah di pojok sana menjadi abu-abu
Katanya, senja dan pelangi juga kelabu
Membiaskan warna-warna yang menggebu
"Aku tak menginginkan abu-abu"
Tubdukkan kepala mu,
Kali ini, lihat pada beberapa sudut kota
Jingga, pelangi, abu-abu, kau dapat melihatnya
dalam satu senja
Kau dapat merasakannya
dalam satu makna
Pejamkan mata mu,
Raba warna itu sambil menikmati senja mu
Indah bukan? Meski kadang ada biru?
"Bawa aku lagi seperti senja ini, semu"
Ada pelangi katanya
Membara lebih dari jingga
"Tidak pernah ada pelangi dalam senja"
Sawah di bawah sana tidak hanya mendapat jingga
Ada nada lain katanya
Membawa padi tak hanya satu warna
"Aku lihat jingga saja"
Turunkan dagu mu,
Rumah di pojok sana menjadi abu-abu
Katanya, senja dan pelangi juga kelabu
Membiaskan warna-warna yang menggebu
"Aku tak menginginkan abu-abu"
Tubdukkan kepala mu,
Kali ini, lihat pada beberapa sudut kota
Jingga, pelangi, abu-abu, kau dapat melihatnya
dalam satu senja
Kau dapat merasakannya
dalam satu makna
Pejamkan mata mu,
Raba warna itu sambil menikmati senja mu
Indah bukan? Meski kadang ada biru?
"Bawa aku lagi seperti senja ini, semu"
Subscribe to:
Posts (Atom)