Hi! Let me see you too, my dream catcher partner :)
Dear all, kali ini aku mau menulis hobi dan
pengalaman aku ketika mengajar anak-anak. Check
it out ^^
adik-adik inspirasi ku |
Tulisan ini diikutsertakan
dalam Kompetisi Blog “Hobimu, Inspirasi Sekelilingmu” yang diselenggarakan oleh
Bukalapak dan Hijup. Let’s inspire each
other!
Ini cara ku memulainya...................................
How can I help you?
Ketika memasuki dunia
perkuliahan, aku bertanya-bertanya dalam benakku,
Apa yang akan aku lakukan di dunia perkuliahan?
Bagaimana aku bisa menolong orang-orang?
Mungkin sama seperti
mahasiswa lainnya, ada yang memilih fokus pada kuliah, mengikuti organisasi
atau kegiatan lain. Aku memilih mengikuti beberapa kegiatan, salah satunya
ialah kegiatan turun desa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Yap! Pertama
kalinya aku berkunjung ke desa lingkar kampus dan mengajar anak-anak.
Selanjutnya, aku
mengenal Komunitas Sanggar Juara (psst.. saat ini Sanggar Juara telah menjadi
sebuah Yayasan, yey!). Yang aku rasakan saat pertama kali mengajar yaitu nervous, ragu-ragu, kurang “pede”.
Tetapi, aku mencoba melatih diri ku untuk mengajar lebih baik lagi. Aku mulai
menarik diri ku lebih dalam pada kegiatan sosial: turun desa ke Pekalongan, Jawa Tengah, dan mengajar anak-anak
Sekolah Dasar dari organisasi Yayasan Karya Salemba Empat. Kebahagiaan selalu
aku rasakan saat mengajar dan menjadi volunteer.
Aku senang dapat saling berbagi dan saling menolong. Selain itu, tingkat
kepercayaan diri dan jiwa kepemimpinan ku semakin bertambah
Turun desa bersama mahasiswa asing? Hmm...
Belum pernah
terbayangkan sebelumnya untuk turun desa bersama mahasiswa Jepang. Aku
mengikuti kegiatan Six University Initiative Japan-Indonesia - Service Learning Program (SUIJI-SLP) di daerah
Cikarawang, Bogor. Ekspetasi ku pada kegiatan ini, aku ingin meningkatkan
kemampuan ku dalam berkomunikasi dengan orang asing. And, I gain more than that! Aku
banyak belajar untuk lebih mendengar dengan baik, berfikir dari sudut pandang
yang berbeda, dan merasakannya dengan hati. Dari itu semua, tingkat kepekaan
ku dengan lingkungan sekitar semakin berkembang. Aku banyak belajar tentang
budaya dari masyarakat dan dari orang Jepang.
Kegiatan ini
berlangsung selama 3 minggu. Dari sini, aku bertemu mahasiswa Jepang, Keio
Fukahori, yang tinggal di Indonesia selama satu tahun dan membuat program Bank
Sampah. Aku malu rasanya. Aku warga Indonesia, tapi yang peduli dengan
lingkungan justru bukan aku. Aku bahkan tidak tahu seperti apa Bank Sampah.
Tidak bisa turun desa ke Jepang, its doesn’t really
matter!
Sedih rasanya tidak
tepilih dalam seleksi turun desa ke Jepang. Tapi, kenapa harus sedih? Memangnya
kalo bisa ke Jepang, kamu mau ngapain? Ah, aku hampir lupa bahwa aku ingin
belajar dengan masyarakat dan mahasiswa Jepang.
Wake up, zah. Di sini ada orang Jepang, dia orang asing yang membuat program di Indonesia, kamu masih tetap bisa belajar.
Aku ikut berkunjung
saat Keio ke desa binaannya. Dari mulai memotong-motong bambu untuk membangun
Bank Sampah, belajar sistem Bank Sampah, atau sharing dengan Pak RT dan Pak RW.
Meskipun tidak setiap hari aku berkunjung ke Desa Bubulak, namun aku banyak
belajar dari masyarakat, menjadikan tingkat kepedulian ku bertambah.
potong, potong, semangat!! |
sebelum Bank Sampah dibangun, Maret 2015. Di belakang ku ini rumah Pak RT (a.k.a Direktur Bank Sampah) |
Anak-anak harus terus belajar...
Keio-san harus kembali ke
Jepang pada bulan Agustus tahun lalu. Oh iya, selain membuat Bank Sampah, ia juga
mengajar bahasa Jepang untuk anak-anak. Bersama partner ku, Farah Aisyah, kami silaturahim ke Bubulak.
“Iya, sayang sekali kegiatan belajar bahasa Jepang
tidak berlanjut”, ujar Pak RW.
“Bagaimana kalau dilanjutkan, Pak?”, kata Farah.
Bagaimana kalau dilanjutkan? You're the best partner, far!
Tapi aku ragu, karena masih belajar huruf-huruf Hiragana dan Katakana.
Tapi, kita semua saling belajar, bukan? Jadi, ayo belajar bersama!
Pesan dari Pak RW yang
selalu aku ingat: Jangan menunda
kebaikan.
Sekitar dua minggu setelah
berdiskusi dengan Pak RW, kami menyebarkan selembaran untuk anak-anak dengan
bantuan Pak RT. Selain Bahasa Jepang, kami juga menambahan satu bahasa lagi,
yaitu Bahasa Inggris.
Luar biasa! Pertama kali
dimulai pada bulan September tahun lalu, jumlah yang datang sekitar 20 orang.
Kami mengajar dibawah pohon dan berpindah ke sebelah Bank Sampah apabila hujan
datang. Kami menyebutnya, Rumah Chibi. Chibi dalam bahasa Jepang artinya kecil.
Jadi, meskipun rumah (tempat belajar) kami kecil, kami memiliki mimpi yang
besar.
belajar bersama Kak Farah :D |
"sedang apakah aku?" Yang bisa jawab, angkat tangannya ya ^^ |
Our
activities...
Satu minggu, dua minggu,
satu bulan, jumlah anak yang datang berkurang, hingga saat ini sekitar 10 orang.
Bersama dengan teman-teman alumni SUIJI kami tetap semangat untuk terus belajar bersama
Rumah Chibi. Berfokus pada sistem pembelajaran
yang menyenangkan, kami menyisipkan beberapa permainan sehingga mereka
tidak sadar bahwa mereka sedang belajar.
Dongeng, "Apa itu snow? Apa itu white?"
Aku mencari referensi
dongeng-dongeng, dan anak-anak lebih menyukai jika melihat gambar secara
langsung. Melalui buku-buku dongeng dari funders,
aku dan teman-teman menceritakan kembali kepada anak-anak sembari
mengajarkan kosa-kata Bahasa Inggris. Aku mencari buku-buku dongeng lainnya,
dan sebelumnya aku nggak nyangka kalau di bukalapak terdapat buku-buku
dongeng juga. Bermacam-macam buku dari harga yang termurah, termahal, terbaru
dan terlaris bisa dipilih di bukalapak
Caranya? Cukup log in,
pilih/ketik barang yang ingin kamu beli, konfirmasikan data dirimu dan sistem
pembayaran, lakukan pembayaran, dan tunggu barang yang kamu inginkan.
Aku memilih buku dongeng
dengan dua bahasa (billingual), pas banget sama yang aku cari. Dan harganya sangat terjangkau, bisa beli semua judul deh :D
Pembeli juga bisa
komunikasi (chat) langsung dengan
pelapak/penjual.
Aku kirim pesan ke pelapak
supaya judul buku di mix dan pelapak
juga responnya cepat. Jadi, nggak perlu khawatir mau request sesuai yang kita inginkan.
bukalapak juga
menawarkan berbagai macam metode pembayaran. Aku pilih metode transfer (jangan
lupa ya, maksimal 1x12 jam harus sudah transfer). Setelah melakukan pembayaran,
tinggal menunggu barang yang kamu pesan sampai di alamat yang kamu cantumkan. Simple ^^
Our
dreams...
Mimpi kami ialah membangun
tempat belajar untuk Rumah Chibi dan menjadi kakak yang selalu support mereka. Setiap anak berhak untuk
bermimpi dan mendapatkan pendidikan yang baik.
Selen, murid kelas 3 SD,
memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru dan ingin pergi ke Jepang (Ayo
kamu pasti bisa Selen! Semoga impian mu tercapai).
Kekey, murid kelas 4 SD,
bercita-cita untuk menjadi seorang artis (Di masa depan, semoga impian mu bisa
terwujud ya Key. Nih, kakak-kakak cantik dari Hijup aja bisa loh, kamu juga
bisa).
Mimpi mereka adalah adalah
mimpi kami.
Setiap
dari kita adalah guru, setiap dari kita adalah murid, - Zaenal Abidin -
maka belajar lah setiap hari
dari hal-hal kecil sekali pun.
Rumah Chibi Bubulak, November 2016 |
Semoga tulisan ini bisa
memberikan inspirasi untuk kita semua.
All
the best,
Azah Fajriah