Sunday, October 28, 2012

Saya,

Saya masih seperti saya. Bukan ia, yang sudah tak menjadi ia. Saya masih saya, bukan mereka, yang sudah tak menjadi mereka. Pagi masih tetap sama. Matahari masih tetap sama. Langit kami tetap sama, kami hanya dipisahkan pada dimensi ruang dan waktu. Siang kami masih tetap sama. Malam kami masih tetap sama. Katanya, Bogor ini Kota Hujan. Bukan berarti, kota lain tak pernah hujan, bukan? Hujan kami masih tetap sama. Tentu, hati kami sudah tak sama. 

Saya lebih senang menyambut pagi dengan suasana ini. Ia mungkin lebih senang menyambut pagi dengan ucapan selamat pagi. Saya lebih senang menikmati siang dalam rumah ke dua saya. Ia mungkin lebih senang menikmati siang dalam alunan mereka. Saya lebih senang melewati malam bersama kertas-kertas. Ia mungkin lebih senang melewati malam bersama suaranya, suara mereka.

Saya masih bercerita tentang ia, ia mungkin sudah tak bercerita tentang saya. Saya masih punya cerita lain, selain ia. Ia mungkin tidak punya cerita lain, selain cerita tentangnya. Saya masih tetap saya, bisa bercerita tentang ia, sekaligus bercerita, tentang selain ia.

Bogor, 28 Oktober 2012

saya, 

Friday, October 26, 2012

Sukma bersabda; (II)


“Ran, udah malem loh ini, kamu nggak di cariin orang tua mu?”, pertanyaannya membuyarkan lamunan ku.
“Engga mbak, tadi aku udah izin kok. Lagipula, kapan lagi aku ketemu Sena”, aku manik nafas panjang membayangkan satu minggu ke depan, dua minggu ke depan, tiga minggu ke depan, ah sudahlah.
“Iya ya, pasti nanti jarang pulang, hati-hati ya Ran disana”, Sukma tersenyum dan aku merasa ia benar-benar seperti sosok mbak ku.
Aku menggangguk pasti dan membalas senyumannya.
“Sukma, nyanyi lagi yuk, masih lama banget nih”, drummer dari band mereka, datang membawa gitar dan menghampiri Sukma.
Sukma berdendang, menghayati lagu yang ia nyanyikan, ia sempat mengajak ku bernyanyi bersama. Tapi, aku menolaknya. Aku tidak berbakat dalam hal menyanyi. Sena tau itu. Sekitar jam 10 malam kami meninggalkan rumah rekaman. Sebelum pulang, aku berbincang dan melepas rindu dengan Sena. Aku mampir ke rumah Sena dan berpamitan dengan ibunya. Sena tidak mengantar ku. Aku pulang bersama mbak Sukma, dengan sepeda motornya. Rumah kami searah.
“Sukma, titip Rana ya”, Sena tersenyum kepada Sukma sambil mengusap kepala ku.
Malam itu, di halaman depan rumah Sena, Sukma seperti tempat penitipan bagi aku dan Sena. Sukma seperti dipercaya oleh kami berdua. Mungkin, karena ia satu-satunya perempuan yang ada di grup band ini. Satu-satunya perempuan selain aku.
“Pasti aku jagain Sen”, Sukma bersabda.

***

Selamat datang Semarang. Ucapku dalam hati saat sampai di Semarang. Aku sudah jauh melangkah. Aku melihat langit Semarang. Masih sama seperti langit Jakarta. Sena, apa kabar dengannya? Kami bertemu terakhir kemarin sore. Ia mengantar ku membeli keperluan untuk di Semarang.
“Ayo Rana, kopernya di bawa, jangan bengong terus”, ibu tertawa kecil melihat muka ku yang bingung.
Aku membuka pintu kamar, debu-debu menyambut kedatangan penghuni baru.
Ibu membantu aku membersihkan kamar, menyusun barang-barang bawaan ku.
Aku pasti akan merindukan ibu.
“Nanti seminggu sekali bisa main ke rumah Tante Dian. Tante Dian sudah seperti adik ibu loh, Ran. Tante Dian juga pandai memasak, kamu belajar lah sama dia”.
Ibu menceritakan sosok sahabatnya. Ibu dan Tante Dian bersahabat sejak di bangku SMA.
“Ya kalau nggak sempet seminggu sekali, dua minggu sekali juga boleh”, sambung ibu.
Aku mengangguk dan mengingat wajah Tante Dian. Ia mengingatkan ku pada mbak Sukma
“Sudah selesai beres-beresnya bu? Ibu sama anak kok sama aja, sama-sama suka gossip”, ayah datang sambil membawa minuman untuk kami.
“Ini bukan gossip yah. Ibu tuh lagi cerita tentang Tante Dian ke Rana”, ibu menggerutu seperti anak kecil.
Aku tertawa melihat pahlawan perempuan dan laki-laki yang ada dihadapan ku.
Ibu membetulkan jilbabnya dan mengajak ku keluar kamar.
“Sebentar bu, ini yang terakhir”, aku meletakkan foto ku bersama Sena di meja belajar. Itu adalah foto yang paling kau sukai. Foto box bersama kekasih menjadi hal yang wajar dilakukan pada waktu SMA.  Ya, memang norak. Sangat norak.

Thursday, October 25, 2012

atas nama keluarga


Aku berjalan diantara tembok biru
Semakin kelabu
Ketika tidur menjadi tak menentu
dan gejala keegosian muncul dihadapan
keluarga baru
Aku terus menyusuri, mengamati
setiap detik yang terjadi pada atap masing-masing
dari kami
apa yang aku cari?
apa yang kami cari?
diantara kertas-kertas berhamburan
yang kami tuang setiap minggunya dengan tinta hitam
atau biru,
kami terjerebab pada bagian-bagian pilar ini
setiap waktu, kami
bersama
setiap waktu itu pula, kami
berlari
Apa yang kami cari?

Aku bukan lagi berjalan diantara tembok biru
Aku berlari kini
Aku berlari sendiri?
Katanya, ini keluarga atas nama kami
Kami adalah bagian dari kami
Kami yang merupakan bagian dari kami, kenapa berlari
sendiri?
Apa yang kami cari?
Aku berhenti di tepi, saat pekan perkenalan kami
hanya cerita lalu
Katanya, ini keluarga saling peduli
Kami adalah bagian dari kami
Kami yang merupakan bagian dari kami, kenapa tidak
saling peduli?

Aku diam, bercerita dibawah jadwal-jdwal padat kami
Aku diam, berkelana dibawah sudut pandang masing-masing
dari kami
Aku diam, aku hanya mencari dimana kami
Kami, apakah mencari apa yang aku cari?
Aku diam, aku hanya tak ingin berlari
sendiri
atau menepi
sendiri
atas nama keluarga,
ego,
dan peduli,
Masihkah ada kami yang tak menjadi bagian dari kami?
 

Saturday, October 6, 2012

Terimakasih :)

Sedikit berbagi mengenai akhir september lalu. Di umur gue yang udah hampir kepala 2 ini, ternyata masih dapet ucapan seperti ini. Terimakasih semuaaa :')
 


Kembalii

adalah sebuah kesalahan besar meninggalkan blog diantara gejala-gejala kesibukan. Banyak yang ingin gue ceritain. Tapi mungkin ga disini. Gue tetep nulis, bukan hanya nulis laporan kok. Semoga tulisan gue bermanfaat ya dan bisa dibaca semua orang nantinya sekaligus menginspirasi. September kemarin haru biru senang menderu. Dari sekian banyak orang yang memiliki kesibukan masing-masing, mereka semua masih inget ulang tahun gue. Siram, kue, kado, ucapan ulang tahun, itu cuma bonus. Doa dari mereka yang bener-bener bikin gue terharu. September kemarin, laporan silih berganti, ospek juga baru mulai, then, gue ngerasa semakin dekat dengan temen-temen angkatan. Gue juga mulai sayang sama mereka dan perikanan. Ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan dikeluarga baru ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya :)