Saturday, July 21, 2012

Ngaji bareng tukang sayur

Pagi tadi, saya bangun lebih cepat. Tetangga saya, yang sudah biasa saya panggil ‘bude’ membangunkan saya. Sekitar jam 8 pagi. Bude mengajak saya tadarusan di masjid komplek bersama ibu-ibu dan nenek-nenek lainnya. Saya sih awalnya nolak, rada gimana gitu, asa malu euy. Tapi, bude maksa gitu, ya apalah daya. 

Ngaji sama ibu-ibu dan nenek-nenek harus sabar sekali ternyata. Mungkin karena faktor umur kali ya. Tapi ada juga yang masih muda dan ga bisa ngaji. Di tengah-tengah pengajian, ada salah satu tetangga yang rumahnya dekat masjid membakar sampah. Alhasil, mereka jadi terbatuk-batuk. Ya ampun kasian......antara kasian dan geli sih sebenernya. 

Tapi ada yang lebih lucu lagi, yaitu ketika salah seorang ibu-ibu berteriak “SAYUUUUUUUUUUUUUUUUUUUR” disaat pengajian berlangsung.
Jadi tuh ceritanya ada tukang sayur yang lewat depan masjid. Serentak ibu-ibu dan nenek-nenek yang lainnya kaget dong. Lucunya lagi, si ibu yang teriak tadi cuma diem aja dan malah melihat ke arah saya. Saya nelen ludah nahan ketawa campur marah. Godaan puasa macam apa ini..... Si ibu yang teriak memasang muka tanpa bersalah. Setelah itu, si ibu melengos aja langsung keluar. Setan penggoda macam apa itu......
Suasana di masjid jadi nggak kondusif gitu. Nyokap juga malah sibuk minjam uang buat beli tempe, ada yang nyari pisang juga, ibu-ibu lain juga latah pengen tempe.......
“Bude, bude, bawa uang nggak aku mau beli tempe?”
“Oh iya bu bawa, berapa bu tempenya?”
“Bu, aku cari pisang nggak ada”
“Bu...tempenya dua?”
“Ih satu aja bu abdi mah”
“Dua ribu ya bu tempe?pinjem dulu yaaa hehe”
Itu tuh obrolan mereka di sela-sela pengajian. Bener-bener deh.
Si tukang sayur juga merasa terpanggil, sampai akhirnya akhirnya nongol dari jendela masjid.  Saya bengong ngeliat kejadian itu. Apalagi, pengajian terus berlanjut, si ibu yang dapet giliran baca juga cuek bebek aja. Saya sih cuma sedikit mikir, kok ibu yang lagi ngaji ini, nggak kepengen tempe juga? Atau pisang, mungkin?

Happy fasting all!

Friday, July 20, 2012

Teknologi vs Percintaan

Kali ini, saya ingin menulis sebuah tulisan yang berbeda. Kenapa judulnya teknologi vs percintaan?karena saya terinspirasi dari sebuah obrolan malam dengan teman saya. Teman saya, sebut saja x, bertanya kepada saya "Kenapa sih percintaan remaja sekarang rumit banget? Menurut lu perlu nggak sih nulis nama pacar di status bbm?". 
Saya langsung sadar, memang percintaan remaja sekarang rumit banget. Mereka yang menulis nama kekasihnya di status bbm, mungkin karena hanya ingin menghargai pasangan. Percintaan yang rumit mungkin karena teknologi yang semakin canggih. Coba deh kalau kita lihat zaman dulu, teknologi kan nggak secanggih sekarang, tapi percintaan remaja zaman dulu ya adem ayem aja. Sekarang, siapa pun punya akun facebook, akun twitter, pengguna smartphone. Berapa banyak remaja yang nulis nama pasangan mereka? Apalagi distatus bbm nya. Dilihat dari segi ini, banyak terjadi kasus kecemburuan yang berakibat kegalauan. Kalau status bbm nya bukan nama pasangan, bisa diprediksikan pasangan tersebut lagi marahan. Bahkan ada loh pasangan yang memutuskan kekasihnya karena kekasihnya menggunakan smartphone. 
Bukan salah teknologi sih, mungkin karena zaman sekarang apa-apa tuh ya cepat menjamur. Penjamuran ini nih yang kadang menjadi tradisi. Pasti dulu ada seseorang yang pertama kali menulis nama kekasihnya distatus bbm. Pasti juga ada seseorang yang membuat kata 'galau' menjadi populer sampai sekarang. Ya, ini hanya sedikit argumentasi saya saja pemirsahhhhh.

Monday, July 16, 2012

Sukma bersabda

Perempuan dalam senja
Sukma.
"Jadi perempuan tidak boleh lemah"

Ia menelusuri jalan setapak becek
Ia terbiasa dengan segalanya,
sederhana.
"Perempuan tidak boleh tergantung dengan laki-laki"

Rautnya ayu, ia diselimuti masa lalu pahitnya
tetap ayu, saat itu.

Sukma kini:
Sukma, bukan sukma yang dahulu lagi.
"Lemah"
"Bergantung dengan laki-laki"

Sukma. Bukan mbak Sukma.
Paras manisnya hilang, tersembunyi dibalik kerudung hitam
Sabda Sukma hanya wacana



Sukma bersabda;

Namanya Sukma. Aku biasanya memanggilnya mbak Sukma. Umurnya lebih tua dua tahun dari ku. Badannya tinggi kurus, kulitnya sawo matang, sekilas siapa saja bisa menebak benar kalau ia adalah orang Jawa. Sukma mandiri dan memiliki pendirian. Beberapa tahun silam, kami kadang berbagi kisah.
"Jadi perempuan tidak boleh lemah",sabdanya. Ia berbicara dengan muka yang tegas. Aku melihat rautnya yang ayu.
Kami berjalan menyusuri gang kecil di bilangan Jakarta Selatan. Satu tahun lebih yang lalu, waktu ashar hampir habis tapi kami belum menemukan mushola.
"Iya mbak", aku mengangguk sambil tersenyum padanya.
Ia kembali tersenyum pada ku dan anak-anak kecil yang sedang bermain disekitar gang.
"Jadi perempuan juga nggak boleh ketergantungan sama laki-laki ran", katanya lagi sambil tengok kanan kiri, barangkali mushola yang kita cari sudah lewat.
Aku tersenyum tipis mendengar perkataannya, merasa tersindir. 
"Ran, ini mana ya musholanya? Coba kamu tanya bapak-bapak itu deh".
"Mbak Sukma aja deh yang tanya, Rana malu", kata ku sambil nyengir.
"Malu bertanya sesat di jalan, gimana sih Ran tanya gitu aja malu".
Kami melanjutkan perjalanan setelah mendapat arahan dari bapak tersebut. Mbak Sukma yang bertanya. Saat itu, aku masih seperti anak kecil di hadapannya.
"Nah, ketemu juga akhirnya", aku melihat senyum manisnya di balik kerudung hitam itu.
Setelah sepuluh menit, kami bergegas kembali ke sebuah rumah rekaman.

                                                                            ***

"Could it be love, could it be love, could it be, could it be....." Sukma berdendang diiringi gitar akustik yang dimainkan oleh seorang drummer dari grup bandnya.
Ia menyanyikan beberapa buah lagu. Asap rokok mengepul di sekitar kami. Bukan kami yang merokok, tapi personel grup bandnya. Aku menahan napas. Sedikit tidak ikhlas paru-paru ku di aliri gas beracun tersebut. Aku hanya diam diantara mereka. Ya, memang selalu begitu.
"Ran maaaf ya lama, kamu nggak apa-apa kan?", tanya Sena sambil meraih tangan ku. 
Sena adalah kekasih ku yang merupakan salah satu personel dalam grup tersebut.
"Nggak apa-apa kok", jawab ku.
Hari ini, aku mati-matian menemaninya karena kita akan jarang ketemu. Aku harus pergi ke luar kota minggu ini.
Sena mengambil gitar dan Sukma kembali bernyanyi. Ada keserasian diantara mereka. Entah kenapa aku melihat itu. Aku melihat perbedaan itu. Aku menarik napas panjang dan menunduk berlagak sibuk dengan telepon genggam ku. Jangan sampai, untuk kesekian kalinya aku bertanya pada Sena tentang kecurigaanku.
"Jadi, kapan kamu ke Semarang?", tanya Sukma membuka obrolan. 
"Tiga hari lagi mbak, aku titip Sena ya", kata ku sambil memamerkan gigi-gigi ku.
Ia tertawa kecil kemudian menjawab, "Siap, tenang aja Ran".
Sena dan personel lainnya sedang di dalam dapur rekaman. Di sela-sela latihan pun, ketika aku datang, aku selalu ditemani Sukma. Ia bercerita tentang kesibukannya, tentang dunia perkuliahan. Perlahan, kecurigaan ku pada Sukma luntur.

Sunday, July 15, 2012

Gerangan datang, bukan aku

Kalau saja aku bisa menukar ini
Untuk ia yang tersakiti
Di tinggali, setiap malamnya menjadi sepi
Aku bukan iri

Mungki dulu setiapnya hanya bersama mu
Untuk ia yang berpacu pada waktu
Pergi, kamu

Kalau saja fajar datang tepat waktu
Aku tak ingin terbangun sebelum subuh
Untuk ia yang tak berteman dengan hangat pagi
Datang, bukan aku

Mungkin saat ini hanya sekelumit angan lalu
Kamu, kembali lah padanya
Mohon, aku

satu lagi


Wah tanpa disengaja saya menemukan foto ini: meja belajar saya di asrama. Aih kangen. Awal-awal di asrama, saya sering banget belajar disini. Tapi, setelah itu, lebih sering belajar di kasur. Alhasil, beberapa menit kemudian, saya benar-benar menyerah pada kasur. Ya...jangan salahkan siapa-siapa kalau IP semester 2 menurun. Oh ya, foto ini diambil pas semester 1, soalnya, bukunya masih penuuuh, sekilas juga kelihatan ada buku Pengantar Ilmu Pertanian dan Ekonomi (matkul semester 1). Lalu ada vitamin pemberian ibu saya. Pas semester 1 saya rajin minum vitamin, termasuk vitamin hati. Sekarang juga makin rajin. Rajin ninggalin meja termask vitaminnya. Botolnya aja sampe berdebu. Ya...jangan salahkan siapa-siapa juga kalau di semester 2 saya sering sakit. Tapi saya bersyukur hati saya nggak ikut sakit. 

Friday, July 6, 2012

demi lele

Hari ini, saya punya cerita lucu. Saya dan dua adik saya (ana dan ayu) membuat sebuah perjanjian. Kita bertiga nggak akan pacaran sampai kakak saya, yeni (lele) punya pacar. Hahahaha ini karena dia sudah lama menjomblo... Betapa jahatnya kalau kita melangkahkan sedang ia belum mendapat pasangan wisuda. Perjanjian ini sekaligus menjadi tantangan buat ana dan ayu yang lagi puber-pubernya. Mereka sekarang genit-genit. Saya aja kalah! Tapi, kakak saya mengira saya sudah punya pacar loh. Soalnya saya jarang pulang ke rumah. Oh ya ampun....kecengan aja ga ada!! Ga ada satu maksudnya..................
Saya yang baru 2 semester menjomblo saja sudah merasakan kegundahan dan kegelisahan yang kakak saya rasakan hahahahahaha. Tapi, laporan-laporan praktikum di semester ke depan akan setia menemani malam-malam saya, mengusir kebuncahan yang mungkin akan selalu datang tanpa permisi. Saya ingin mengutuk mereka yang membuat kata "galau, buncah"! Ya, semoga saja tidak ada traktiran dari ana atau ayu, sebagai hukuman dari pelanggaran perjanjian. Semoga juga tidak ada traktiran dari saya. Semoga juga memei tidak melangkahi kamis semua ya :')